watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AKU SEORANG PELACUR

Kenalkan namaku Indah. Umurku 24 tahun.
Statusku bersuami dengan 2 orang anak.
Pekerjaanku pelacur. Tetapi nanti dulu, jangan
mencemoohku dulu. Saya bukan pelacur kelas
Kramat Tunggak apalagi Monas di Jakarta atau
Gang Dolly di Surabaya. Saya seorang pelacur
profesional. Oleh karena itu tarip pemakaian saya
juga tidak murah. Untuk short play sebesar US$
200, dengan uang muka US$ 100 dibayar saat
pencatatan pesanan dan kekurangannya harus
dilunasi sebelum pengguna jasa saya sebelum
menaiki tubuh saya.
Jelasnya, sebelum kunci kamar tempat
berlangsungnya permainan dikunci. Short play
berlangsung 1 jam, paling lama 3 jam,
tergantung stamina customer. Kalau sesudah 1
jam, sudah merasa capai, dan tidak memiliki lagi
kekuatan untuk ereksi, apalagi untuk ejakulasi,
artinya permainan sudah usai. Semua
kesepakatan ini tertulis dalam tata cara
pemakaian tubuh atau jelasnya lagi tata cara
persewaan kemaluan saya. Ini sudah
penghasilan bersih, sudah merupakan take
home pay.
Saya tidak mau tahu soal sewa kamar, minum,
makan malam dan sebagainya. Semua aturan ini
saya buat dari hasil pengalaman menjadi pelacur
selama 3 tahun (saya berniat berhenti menjadi
pelacur dua tahun lagi, bila modal saya sudah
cukup). Saya tidak pernah diskriminasi, apakah
pembeli saya itu seorang pejabat atau
konglomerat. Pokoknya ada uang kemaluan
saya terhidang, tak ada uang silakan hengkang.
More money more service, no money no
service.
Biasanya para langganan yang sudah ngefans
betul pada saya masih memberi tips. Setelah
persetubuhan selesai, saya akan menanyakan,
"Bapak (atau Mas) puas dengan layanan saya?"
Jawabnya bisa macam-macam. "Luar biasa!"
mengatakan demikian sambil menggelengkan
kepalanya. Atau ada yang menganggukkan
kepala, "Biasa!". Tetapi ini yang sering, tanpa
berkata sepatahpun memberikan lembaran
ratusan ribuan dua atau tiga lembar. Untuk tarip
long-play atau all night, tergantung kesepakatan
saja, namun tidak akan kurang dari enam ratus
dolar. Itu tentang tarip.
Sekarang tentang service. Saya akan menuruti
apa saja yang diminta oleh pelanggan
(customer) selama hal itu tidak merusak atau
menyakiti tubuh saya atau tubuh pelanggan.
Dengan mulut, oke, begitu juga mandi kucing
atau mandi susu yaitu memijati tubuh pelanggan
dengan buah dada saya yang putih dan montok,
juga oke-oke saja. Tetapi bersetubuh sambil
disiksa, atau saya harus menyiksa pasangan
saya, saya akan menolak.
Tiga tahun menjadi pelacur telah memberikan
pengalaman hidup yang besar sekali dalam diri
saya. Saya mempunyai buku catatan harian
tentang hidup saya. Saya selalu menulis
pengalaman persetubuhan saya dengan
bermacam-macam orang, suku bangsa bahkan
dengan laki-laki dari bangsa lain (Afrika, India,
Perancis, dan lain-lain). Tetapi kalau selama tiga
tahun saya menggeluti profesi saya itu lahir dua
orang anak manusia, (masing-masing berumur
2 tahun 3 bulan dan satunya lagi 1 tahun),
tentunya saya tidak bisa bahkan tidak mungkin
mengetahui siapa bapak masing-masing anak
itu. Cobalah dihitung, kalau dalam seminggu
saya disetubuhi oleh minimal 10 orang, dalam 1
bulan ada 30 orang yang memarkir
kemaluannya di kemaluan saya (1 minggu saat
menstruasi, saya libur).
Tetapi ini tidak berarti anak itu tanpa bapak.
Resminya anak itu adalah anak Pak Hendrik
(nama samaran). Dia adalah boss tempat saya
secara resmi bekerja. Seorang notaris dan
sekarang sedang merintis membuka kantor
pengacara. Pekerjaan resmi (pekerjaan tidak
resmi saya adalah pelacur) ini cocok dengan
pendidikan saya. Saya, mahasiswa tingkat
terakhir Fakultas Hukum salah satu universitas
swasta, jurusan hukum perdata. Tetapi nantinya
saya kepingin menjadi notaris, seperti Pak
Hendrik ini.
Sebetulnya saya ditawari Pak Hendrik untuk
menangani kantor pengacara yang akan
didirikannya tadi. Tetapi saya tidak mau. Menurut
persepsi saya (mudah-mudahan persepsi saya
salah) dunia peradilan di negeri kita masih
semrawut. Mafia, nepotisme, sogok, intimidasi
masih kental mewarnai dunia peradilan kita. Dari
yang di daerah sampai ke Mahkamah Agung (ini
kata majalah Tempo loh). Tetapi sudahlah itu
bukan urusan saya. Lalu darimana saya kenal
dengan Pak Hendrik? Itu terjadi pada tahun
pertama saya menjadi pelacur.
Waktu itu saya hamil 2 bulan. Kebetulan Pak
Hendrik mem-booking saya. Setelah selesai
menikmati tubuh dan kemaluan saya sepuasnya,
saya muntah-muntah. Itu terjadi waktu saya
bangun pagi. Dia bertanya apa saya hamil. Saya
jawab iya. Lalu dia bertanya siapa bapaknya. "Ya
entahlah", jawab saya. Waktu itulah dia
menawari pekerjaan untuk saya, kesediaan
untuk secara resmi menjadi suami saya dan
tentunya melegalisir bayi yang akan saya
lahirkan.
Saya tidak tahu bagaimana dia mengurus tetek
bengeknya di kantor catatan sipil dan bagaimana
dia dapat menjinakkan isterinya. Yang jelas
setelah itu tiap hari Selasa dan Kamis saya
berkantor di kantor Pak Hendrik. Lalu apa
keuntungan Pak Hendrik? Ya pasti ada. Tiap hari
Selasa dan Kamis, dia akan sarapan kedua. Mulai
dari menciumi, meraba-raba badan dan buah
dada, dan terakhir menyutubuhi. Kadang-kadang
saya malah tidak sempat bekerja karena selalu
dikerjai oleh suami saya tersebut. (Bangunan
yang dipakai sebagai kamar kerja Pak Hendrik
dan saya terpisah dengan bangunan untuk
ruang kerja stafnya).
Wajah saya memang cantik. Tinggi dan berat
serasi, bahkan berat badan di atas angka ideal,
namun terkesan seksi. Buah dada cukup besar,
tetapi tidak kebesaran seperti perempuan yang
menjalani operasi plastik dengan mengganjal
buah dadanya dengan silikon. Kata orang saya
cukup seksi tetapi dari sikap dan penampilan
sehari-hari juga terkesan cerdas. Singkat kata,
kalau ada perempuan laku disewa Rp 1,6 juta
sekali pakai, bayangkan sendiri bagaimana
penampilan, penghidangan dan rasanya. Baiklah
terakhir saya ceritakan tentang pengawal saya,
atau bodyguard saya.
Namanya Mulyono. Saya biasa memanggilnya
Dik Mul, karena memang usianya baru 21 tahun,
tiga tahun lebih muda dari saya. Orangnya
tinggi, atletis dengan potongan rambut cepak,
dan penampilannya seperti militer. Konon
katanya, sehabis lulus SLTA Mulyono pernah
mengikuti tes masuk di AKMIL, tetapi jatuh pada
tes psikologi tahap 2. Orangnya sopan (asli dari
Klaten, Jawa Tengah) dan disiplin, dia juga sangat
loyal pada saya (saya sudah sering mengetes
kesetiaannya tersebut).
Mulyono sudah saya anggap adik sendiri.
Menjadi sopir pribadi, mengurus pembayaran
kontrak, mengatur waktu kerja, melindungi dari
berbagai pemerasan oknum keamanan dan
sebagainya, pokoknya seperti sekretaris pribadi.
Hanya saja dia tidak tinggal serumah dengan
saya. Saya kontrakkan dekat dengan rumah
saya. Selain itu dia masih mengikuti kuliah di
Universitas Terbuka, Fakultas Hukum. Lalu
berapa gajinya? Itu rahasia perusahaan.
Tetapi yang jelas, sebagai seorang penjaga putri
cantik, atau penjaga kebun wisata, sekali waktu
dia saya beri kesempatan untuk mencicipi atau
menikmati keindahan kebun itu. Mula-mula dia
memang menolak. Itu terjadi pada suatu malam
minggu di rumah. Dia saya panggil, saya minta
dia memijati badan saya. Dia menurut. Saya
hanya mengenakan gaun malam tipis dengan
celana dalam dan BH yang siap dilepas. Mula-
mula kaki saya dipijatnya pelan-pelan, enak sekali
rasanya. Rasanya tangannya berbakat untuk
memijit. Kemudian naik ke betis, yang kiri
kemudian yang kanan.
"Dasternya ditarik ke atas saja Dik Mul", kata saya
waktu dia mulai memijat bokong.
Saya sengaja memancing nafsu seksnya sedikit
demi sedikit. Sementara nafsu saya sudah mulai
terbangun dengan pemijatan pada bokong tadi.
Bokong saya diputar-putar, dan nafsu seks saya
semakin bertambah. Terus pemijatan pada
pinggang, lalu punggung. Pada pemijatan di
punggung kancing BH saya lepas, sehingga
seluruh punggung dapat dipijat secara merata
tanpa ada halangan.
Waktu Mulyono memijat leher, dia terlhat sangat
berhati-hati. Setelah saya membalikkan badan,
Mul akan memulai memijat dari kaki. Tetapi saya
mengatakan agar dari atas dulu. Rupanya dia
bingung juga kalau dari atas mulai darimana
kepala atau leher, padahal dada saya sudah
terbuka sehingga kedua bukit kembar yang putih
dan kekar itu terbuka dan merangsang yang
melihatnya. Belum sampai dia menjawab
pertanyaan saya, saya sudah mengatakan..
"Dik Mul, Mbak Indah dicium dulu yach!"
"Ach enggak Mbak jangan."
"Lho kenapa? Dik Mul nggak sayang sama Mbak
ya?"
Tanpa menunggu jawaban, saya sambar leher
Mul, saya peluk kuat-kuat, saya cium bibirnya.
Dengan kedua kaki saya, tubuhnya saya telikung,
saya sekap. Dia terlihat gelagapan juga. Lama
leher dan kepala Dik Mul dalam dekapan saya.
Rasanya seperti mengalahkan anak kecil dalam
pergulatan karena Dik Mul ternyata diam saja.
Baru setelah lima menit, Dik Mul memberikan
perlawanan. Pelukan saya lepaskan. Dia mulai
mencium lembut pipi saya, turun ke dagu, lalu
dada, di antara kedua buah dada saya.
Disapunya dengan bibirnya semua daerah
sensitif di sekitar mulut, dada dan leher. Saya
menikmati benar ciuman ini. Apalagi setelah
bibirnya turun ke bawah di sekitar pusat, pangkal
paha dan sekitar kemaluan saya.
Tanpa saya sadari tubuh saya meliuk-liuk,
mengikuti dan menikmati rangsangan erotis
yang mengalir di seluruh tubuh. Kemaluan saya
mulai basah, menanti sesuatu yang akan masuk.
Setelah puas diciumi, saya berbisik..
"Dik Mul, masukkan sekarang kemaluannya ya!
Saya sudah nggak tahan.."
Dia lalu berdiri dan mulai melepaskan, baju,
celana, kaus baju dan terakhir celana dalamnya.
Kini penisnya terlihat utuh putih kehitaman,
dengan semburat urat-urat kecil di sekitar
pangkalnya. Ujungnya seperti ujung bambu
runcing, lebih panjang bagian bawah. Penis itu
mencuat ke atas, membentuk sudut lebih kurang
30 derajat dengan bidang horisontal.
Pelan-pelan penis itu mulai ditelusupkan di antara
bibir kemaluan saya. Setelah itu ditarik secara
pelan-pelan. Kemaluannya dan kemaluan saya
dapat diibaratkan dua kutub magnit,
pergesekannya membangkitkan arus listrik yang
merambat dari kemaluan keseluruh tubuh, juga
dari kemaluannya dan memberikan rasa nikmat
yang sangat kepada pasangan yang sedang ber-
charging tersebut. Gosokan kemaluan Mulyono
yang semakin cepat membuat seluruh tubuh
saya seperti terkena listrik. Kemaluan saya terasa
berdenyut meremas kemaluan Mulyono.
Saya orgasme, dan ini terulang lagi beberapa
kali, multi orgasme. Makin lama rangsangan itu
semakin meningkat. Bersetubuh dengan
Mulyono memang saya rasakan agak lain.
Biasanya saya bersikap meladeni kepada para
pelanggan, tetapi dengan Mulyono saya seperti
diladeni, dipuaskan rasa haus saya. Gerakan
keluar-masuk kemaluannya yang lambat,
ciuman disekitar buah dada yang terkadang
diselingi dengan menghisap-hisap putingnya,
dan reaksi menggeliat-geliatnya tubuh saya,
seperti suatu pertunjukkan slow motion yang
mengasyikkan. Dan ketika saraf tubuh saya tak
lagi kuat menampung muatan listrik itu, saya
berbisik..
"Dik Mul, tembak sekarang ya!" Dan Mulyono
mempercepat gesekan kemaluannya, sampai
pada puncaknya kakinya mengejang. Bersama
itu pula saya peluk kuat-kuat tubuh Mulyono.
Inilah puncak persetubuhanku dengan Mulyono.
Teman-teman, sekian dulu perkenalan saya yang
panjang lebar.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1336
U-ON

inc Powered by Xtgem.com